Sejarah
Bumiputera
berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng.
Dwidjosewojo – Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB)
sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas
pendirian perusahaan asuransi karena didorong oleh keprihatinan
mendalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan
gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian
terealisasi menjadi badan usaha – sebagai salah satu keputusan Kongres
pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912.
Sebagai
pengurus, selain M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden
Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M.
Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang iniah yang kemudian dikenal
sebagai “tiga serangkai” pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu
pertama industri asuransi nasional Indonesia.
Tidak
seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) – yang
kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu; sejak awal pendiriannya
Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik,
yakni bentuk badan usaha “mutual” atau “usaha bersama”. Semua pemegang
polis adalah pemilik perusahaan – yang mempercayakan wakil-wakil mereka
di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan.
Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme dan
profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga
hari ini.
Perjalanan
Bumiputera yang semula bernama Onderlinge Levensverzekering
Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang
itu, tentu saja, tidak lepas dari pasang surut. Sejarah Bumiputera
sekaligus mencatat perjalanan Bangsa Indonesia. Termasuk, misalnya,
peristiwa sanering mata uang rupiah di tahun 1965 – yang memangkas asset
perusahaan ini; dan bencana paling hangat – multikrisis di penghujung
millenium kedua. Di luar itu, Bumiputera juga menyaksikan tumbuh,
berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup
menghadapi ujian zaman – mungkin karena persaingan atau badai krisis.
Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan yang menjadi bagian
dari proses pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan.
Dan
sekarang, memasuki millenium ketiga, Bumiputera yang mengkaryakan
sekitar 18.000 pekerja, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat
Indonesia, dengan jaringan kantor sebanyak 576 di seluruh pelosok
Indonesia; tengah berada di tengah capaian baru industri asuransi
Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan masuk menggarap pasar
domestik. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan
bersama-sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera,
91 tahun lampau.
Bagi
Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru; karena makin
menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun
berbekal pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi lebih dari
seabad, menjadikan Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah
di negeri sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia – sebagaimana visi
awal pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di hati
rakyat Indonesia. ***